23 June 2010

PhD itu tidak Seburuk yang Kamu Kira

Dear semua pembaca setia (jikalau ada)

Walau sebenarnya postingan-postingan di bawah seringkali memojokkan dunia PhD, menunjukkan kesulitan-kesulitan dan tekanan yang kami alami, yah kalau bisa ditilik-tilik kembali... sebenernya dunia PhD itu tidak seburuk yang kalian bayangkan kok.

Sepertilah ada buku best-seller yang berjudul "positive thinking" ataupun "How to think big" dan sejenis-jenisnya... maka biarlah kami mencoba disini mengaplikasikan sebuah ungkapan pernyataan syukur dan juga secercah "positive mindset" yang kami miliki. Well, percayalah... our life is not that bad anyway.

Coba saja kita melihat fakta-fakta berikut:

1. Kami mendapat 'gaji'...
Ya walaupun jumlahnya di bawah rata-rata pasaran gaji bagi lulusan S1 disini, paling tidak kami masih mendapat 'gaji' untuk apapun yang kami perbuat (entah itu berguna atau tidak). Gaji yang toh masih cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup kami sehari-hari dan menyisakan sejumlah uang untuk ditabung. Kalau dipikir-pikir dan dibandingkan dengan gaji di Indonesia sih jumlahnya ya... cukup wah. Dibanding pengangguran, our life is still better. So... no need to complain loh. Just smile and be happy...

2. Pekerjaan kami keliatannya ga berat-berat amat kok...
Dan mungkin karena ketidakberatan itulah yang justru membuat kami menjadi kurang motivated ataupun lebih tepatnya... merasa tidak berguna. Kami tidak bisa melihat kegunaan langsung dari apa yang kami kerjakan. Semua yang kami lakukan hanyalah demi kemajuan ilmu penghetahuan dan teknologi (yang belum pasti maju). Tidak seperti di perusahaan yang mana kami langsung berhubungan dengan kepentingan client ataupun customer. Kami terbiasa ditekan professor yang biasanya menganggap kami kurang cendekia ataupun kurang berpengalaman. Ya, hidup ini memang berat justru karena ketidakberatan itu sendiri.

3. Kami masih punya waktu luang kok untuk melakukan hobi ataupun kesukaan kami...
Kami bisa nonton movie. Kami bisa pergi main scrabble. Kami bisa ambil diploma di sekolah lain. Kami bisa ambil CFA. Kami bisa pergi kerja part time. Kami bisa menulis blog ini. Kami bisa begini dan begitu... (macam-macam lah) tergantung siapa yang disebut sebagai kami. Ya mungkin faktornya karena kebingungan kami jua untuk memulai apa yang harus kami kerjakan, makanya kami berbuat yang tidak-tidak di luar yang seharusnya itu.

4. Kami masih dicap dan dinilai 'pintar' oleh pihak luar...
Ya sebagai embel-embel S3, dilabeli pintar adalah sebuah konsekuensi. Meskipun seiring dengan waktu kami menyadari bahwa kami mulai kehilangan kepintaran kami itu. Sebenarnya bukan menjadi tidak pintar, tapi kepintaran kami itu biasanya jadi terlalu terfokus pada hal yang terlalu detail yang (biasanya) tidak berguna secara general. Menjadi guru di luaran mungkin sebuah alternatif untuk membuat otak tetap bisa bekerja maksimal.

Coba saja bayangkan.

Pekerjaan santai, gaji lumayan, punya waktu luang, dikira pintar.

Ya walaupun jika ditilik lebih dalam, segala advantage itu terasa fana. Ya paling tidak ada sedikit hal yang masih bisa dibanggakan.

Semoga.

4 comments:

  1. Hmmm... rasanya seperti ringkasan tertulis dari apa yang dibicarakan (dipropagandakan) kepada daku ketika dinner di Boonlay Market

    ReplyDelete
  2. hah? mel ga terpengaruh??

    kenapa mel??

    ReplyDelete
  3. haha...kocak abis...

    ReplyDelete